Biografi Pahlawan Abdulrahman
Saleh
Berbicara
tentang pahlawan nasional
Indonesia, memang kita tidak akan bisa untuk membalas jasa-jasa beliau yang
sudah gugur untuk membela dan memerptehankan tanah air kita tercinta. Indonesia
dengna negara kepulauan yang cukup luas, dahulu kala memang menjadi sebuah
negara yang menjadi sasaran empuk para penjajah untuk bisa menguasai negara
Indonesia. Nah, berikut ini adalah salah satu pahlawan yang namanya cukup
familiar di telinga anda. Disini, kita akan membahas tentang pahlawan bangsa
kita yang bernama Abdulrahman Saleh.
Abdulrahman Saleh, Prof. dr. Sp.F, Marsekal Muda
Anumerta dilahirkan pada tanggal 1 juli 1909 di Jakarta, beliau adalah pahlawan
yang dikenal dengna sebutan “karbol” yang merupakan tokoh radio republik
indonesia atau yang lebih dikenal dengan singkatan RRI dan merupakan salah satu
bapak fisiologis kedokteran Indonesia. Pada masa mudanya beliau bersekolah di
HIS (sekolah rakyat berbahasa belanda ) dan kemudia ia teruskan di stovia yang
merupakan salah satu sekolah tinggi dalam idang kesehatan atau sekarang
kedokteran. Setelah ia memperoleh ijazah dkter kemudian beliau mendalami ilmu
faal yang kemudian beliau menjadi bapak ilmu faal Indonesia.
Pada saat Belanda mengadakan agresi pertamanya,
Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan
pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari
Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat
publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri.
Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Suryadarma, rekannya baru saja tiba dengan mobil jip-nya di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto
Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Suryadarma, rekannya baru saja tiba dengan mobil jip-nya di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto
0 komentar:
Posting Komentar